VARIASI TEMPERATUR PEMBENTUKAN KRISTAL CaCl2 DAN CaSO4 PADA CONSENTRASI LARUTAN 3500 Ca++ DENGAN LAJU ALIRAN 50 ML/MENIT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Setiap industri
yang menggunakan air dalam sistem kerjanya bisa dipastikan bahwa selalu
mempunyai permasalahan dengan pengerakan. Pengerakan terjadi pada komponen
industri yang sangat kompleks, misalnya pada industri listrik tenaga uap,
pengerakan terjadi hampir seluruh pada komponen yang ada pada industri tersebut
(Jamaialahmadi,2007).
Kerak adalah tumpukan
keras dari bahan anorganik terutama pada permukaan perpindahan panas yang
disebabkan oleh pengendapan partikel mineral dalam air. Seperti air menguap dalam
menara pendingin, uap yang murni hilang dan konsentrasi padatan terlarut dalam
air yang tersisa. Jika konsentrasi siklus ini dibiarkan berlanjut, berbagai
kelarutan padat akhirnya akan terlampaui. Padatan kemudian akan menetap didalam
pipa atau pada permukaan pertukaran panas, dimana ia sering membeku menjadi
kerak (A bhatia 2003).
Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang kompleks
dan selalu terjadi didalam suatu kegiatan industri terutama pada alat-alat
seperti : water reservoir, boiler, heat
exchanger, dan condenser (Jamaialahmadi
dan Muller-Steinhagen, 2007). Kerak juga dapat terjadi pada industri
perminyakan misal pada lubang sumur, rangkaian pompa dalam sumur, casing, flow line, manifold, separator,
tangki, dan peralatan produksi lainnya (Syahri dan Sugiharto, 2008).
Pengerakan adalah
proses alami yang terjadi karena adanya reaksi kimia antara kandungan-kandungan
yang tidak dikehendaki yang terdapat dalam air (Popescu, 2008). Kandungan yang
dimaksudkan meliputi : alkalin, kalsium, klorid, sulfat, nitrat, besi, seng,
tembaga, phosphat, aluminium, dll. Selain faktor kimia yang mempengaruhi proses
pengerakan adapula faktor lain yaitu fisik (Managing Queensland Natural Resources,2006), misalnya
temperatur, laju air dan model aliran. Untuk kondisi lingkungan temperatur
proses tidak mempunyai variasi yang besar yaitu masih berkisar pada suhu kamar
sebagai contoh pada industri air minum. Untuk beberapa industri temperatur
proses sangat variatif sesuai dengan kebutuhan industri itu sendiri dimana akan
memberikan pengaruh terhadap proses pengerakan.
Faktor fisik yang
lainnya adalah model aliran yaitu apakah aliran yang ada pada proses pengerakan
adalah laminer atau turbulen dimana keduanya memberikan pengaruh yang berbeda
pada pada proses pengerakan. Pengerakan yang terjadi assimtotik mempunyai
perilaku yang berbeda dalam arah radial maupun arah aksial (Mc Keon dkk,2007). Kecepatan
aliran adalah faktor fisik yang mempunyai pengaruh kuat terhadap proses
pengerakan. Ia memberikan tekanan aksial maupun radial yang berpengaruh terhadap
proses pembentukan inti kerak. Kecepatan aliran mempunyai hubungan yang negatif
terhadap waktu kristalisasi tetapi positif terhadap jumlah impuritas yang ada
dalam air. Semakin tinggi kecepatan akan semakin rendah waktu reaksi
pembentukan inti, akan tetapi jumlah deposit yang diangkut menjadi semakin
banyak.
Kerak yang terjadi
pada dinding pipa atau pada bejana akan berakibat menimbulkan berbagai kerugian
pada system industri. Kerugian-kerugian yang terjadi meliputi : intensitas
kerak yaitu menyebabkan berkurangnya penampang pipa atau bejana dimana fluida
dialirkan. Hal ini mengakibatkan menurunnya debit aliran sehingga proses
industri akan menjadi lebih lama serta biaya produksi akan lebih mahal.
Penambahan ketebalan dinding, misalnya dinding ketel pipa air dimana pada pipa
tersebut dilakukan pembakaran maka proses perpindahan panas secara konduksi
akan terhalang oleh lapisan kerak yang berakibat terjadinya penurunan efisiensi
perpindahan panas. Permasalahan ini tentu saja akan menjadikan pemborosan yang
kontradiktif dengan isu hemat energi.
Bila dibersihkan
pada kerak yang menempel pada dinding dimana kerak menempel maka sistem
produksi harus dihentikan sementara dimana akan mempunyai imbas berkurangnya
produksi dan meningkatnya anggaran pembayaran buruh industri.
Dalam penelitian
ini peneliti membatasi permasalahan kerak yang dikaji yaitu kerak yang timbul
dari reaksi kalsium dengan sulfat yang lazim disebut dengan istilah kerak gypsum.
Pemilihan ini didasari pertimbangan bahwa kerak gypsum adalah jenis kerak yang
paling banyak dijumpai dalam lingkungan sehari-hari atau dalam industri (Ha
Ming Ang dkk,2006). Model aliran yang dijumpai ada dua macam aliran yaitu
laminer dan turbulen. Untuk hal ini peneliti membatasi masalah untuk meneliti
dengan model aliran laminer.
Temperatur sistem
dimana terjadi proses pengerakan bisa sangat bervariasi. Dalam hal ini peneliti
melakukan pembatasan temperatur dengan memilih temperatur luar ruangan dengan
alasan bahwa pada temperatur tersebut proses pengerakan terjadi secara alami.
1.2.
Perumusan
dan Batasan Masalah
1.2.1.
Perumusan
masalah
Untuk memperjelas
masalah yang akan di bahas, maka peneliti merumuskan pertumbuah kerak kalsium klorida dan
kalsium sulfat pada :
a. Pengetahuan
termodinamika dan kinematika proses pertumbuhan kerak dalam pipa tembaga
b. Waktu
yg diperlukan untuk pertumbuhan kerak CaCl2
dan CaSO4.
1.2.2.
Batasan
masalah
Penelitian ini
difokuskan pada pipa beraliran laminer yang disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu
·
Kecepatan aliran
·
Kekentalan larutan
·
pH larutan
·
suhu
adapun larutan yang digunakan antara
lain kalsium klorida,kalsium sulfat.serta campuran kalsium klorida dan kalsium sulfat.
Untuk ruang lingkup pengujian, peneliti akan menguji morpologi permukaan
kekasaran pipa, kristalograpi kerak, kecepatan pertumbuhan.
1.3.
Manfaat
dan Tujuan
1.3.1.
Manfaat
Tugas Akhir
Penelitian ini
diharapkan akan memberikan manfaat pada umumnya bagi pengkajian dan
pengembangan ilmu tentang kerak pada aspek proses pembentukan dan pencegahanya
baik kerak dilingkungan sehari-hari maupun kerak yang muncul dalam industri,
pada khususnya bagi operator industri yang terkait dengan bidang kerak (seperti
boiler, cooling tower, dan head exchanger) bisa mendapatkan tambahan sumber
informasi dalam menjalankan tugasnya. Dengan dilakukan penelitian ini
diharapkan bisa memberikan suatu data atau informasi bagaimana cara pengaturan
parameter yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kerak sehingga sistem kerja
akan mempunyai efisiensi yang tinggi.
Proses aliran bisa berjalan tanpa ada
gangguan dari kerak yang timbul, proses head transfer tidak terhambat oleh
kerak yang menempel pada dinding bejana.
1.3.2.
Tujuan
Tugas Akhir
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Memahami
mekanisme pembentukan kerak CaCl2 dan CaS04 didalam pipa dengan aliran laminer.
2. Mengkaji
hasil morfologi, kristalograpi kerak dan komposisi kimianya melalui uji SEM dan
XRD.
3. Menghasilkan
alat closed circuit scale
simulator
1.4.
Metodelogi
Penulisan
1. Studi
Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan referensi yang
berhubungan dengan pembentukan kristal CaCl2 dan CaS04 pada consentrasi larutan 3500 Ca++ dengan
laju aliran 50 ml/menit.
2. Perancangan
Melakukan perancangan skema alat closed circuit
scale simulator
3. Pembuatan
Alat
Membuat rangkaian alat closed circuit scale
simulator.
4. Kalibrasi
peralatan
5. Uji
laboratorium dan Analisa data
6. BimbinganBimbingan
dilakukan penulis untuk konsultasi langsung mengenai permasalahan yang bersangkutan
dengan laporan tugas akhir dengan
pembimbing.
1.5.
Sistematika
Penulisan
Untuk
memberikan gambaran mengenai isi laporan, penulis akan
menguraikan susunannya yang secara
garis besar terdiri dari lima bab. Sistematika ini dibuat dengan tujuan agar mudah
dipahami oleh semua pihak, dengan susunan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab
ini berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan, perumusan
masalah, pembatasan masalah, metode penyelesaian masalah serta sistematika
laporan tugas akhir. Pada latar belakang berisi
uraian bahasan tentang kerak CaCl2 dan CaSO4
BAB II LANDASAN TEORI
Bab
ini berisi tentang uraian teori-teori tentang
proses
pembentukan kerak,serta penjelasan tentang kerak CaCl2 dan CaSO4.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab
ini berisi tentang desain alat serta menjadi alat uji closed circuit scale simulator.
BAB IV PENGUJIAN SISTEM
Bab
ini berisi tentang pengujian alat closed circuit scale simulator dan
proses pembentukan kerak CaCl2 dan CaSO4
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diambil setelah melakukan pengujian
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Proses
Pembentukan Kerak
Pengerakan dalam pipa adalah suatu proses terbentuknya
endapan yang terjadi dalam kondisi alami pada suatu pipa yang mengalirkan air
dengan kesadahan, temperature, kecepatan dan konsentrasi yang tertentu (Ha Ming
Ang,2007). Pengerakan dipengaruhi oleh kondisi fisik, seperti temperature,
kecepatan aliran, model aliran serta dipengaruhi pula oleh kondisi kimia
seperti tingkat kesadahan air yang mengalir dalam pipa, intensitas impuritas
yang berada dalam air.
Bias dikatakan disini bahwa kondisi air yang dialirkan
itulah yang pada akhirnya menimbulkan permasalahan kerak itu sendiri (Al Barrak
dan Rowell, 2006). Kemungkinan bahwa air akan mengendapkan kerak bisa diukur
dengan water analysis. Ukuran dari water hardness (kesadahan), pH dan rasio
klorid dengan carbonat adalah merupakan indicator adanya kemungkinan bahwa air
akan menimbulkan endapan kerak (Managing Queenslands Natural Resources, 2006).
Pembentukan kerak juga dipengaruhi oleh beberapa perubahan yang terjadi didalam
air termasuk didalamnya perubahan sifat fisik maupun perubahan sifat kimia
dalam system pengaliran air. Sebagai contoh pelepasan karbon dioksida pada
waktu proses pemompaan dari sumur akan memacu terjadinya reaksi kimia yang akan
mengakibatkan timbulnya kerak (Managing Queenslands Natural Resources, 2006).
Kenaikan temperature, perubahan kecepatan dan tekanan, perubahan pH juga akan
memicu timbulnya kerak (Ha Ming Ang dkk, 2007).
Kerak
terbentuk karena tercapainya keadaan lewat jenuh larutan.dalam keadaan lewat
jenuh beberapa molekul akan tergabung membentuk inti kristal dan inti kristal
akan terlarut kembali jika ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel kritis
sementara itu kristal - kristal akan berkembang bila ukurannya lebih besar dari
partikel kritis.apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar dari inti
kritis maka mulailah pertumbuhannya dan kristal - kristal ini dapat membentuk
lapisan kerak. Kristal - kristal yang terbentuk mempunyai muatan ion lebih
rendah dan cenderung untuk menggumpal sehingga terbentuklah kerak (Lisitsin
dkk,2005)
Pembentukan
deposit kerak CaCl2 dan CaSO4 oleh air sadah pada sistem perpipaan di industri
maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan ekonomis.hal ini
disebabkan kerak (scale) dapat menyumbat air dalam pipa dan sekaligus
menghambat proses perpindahan panas pada peralatan penukar panas.
Selain itu
air sadah juga menyebabkan berkurangnya efektifitas proses pencucian
menggunakan sabun atau detergen.potensi scaling yang disebakan oleh garam CaCl2 dan CaSO4 (kalsium sulfat) dimiliki hampir disemua
jenis sumber air didunia seperti air permukaan, air tanah, air payau, air laut
serta air limbah.
Kalsium sulfat membentuk padatan atau deposit yang sangat
kuat menempel pada permukaan material.sejauh ini CaCl2 dan CaSO4 merupakan
penyebab sclaing pada beberapa sistem seperti instalasi scooling water (Tzotzi
dkk,2007). Pergerakan dipengaruhi oleh kondisi fisik seperti temperatur, kecepatan
aliran, model aliran serta dipengaruhi oleh kondisi kimia seperti tingkat
kesadahan air yang mengalir dalam pipa,intensitas impuritas yang berada dalam
air.
Bisa dikatakan disini bahwa kondisi air yang dialirkan itulah yang pada
akhirnya menimbulkan permasalahan kerak itu sendiri (Albarrak dan Rowell,2006).
Proses pembentukan kerak merupakan proses sangat rumit yang menyebabkan
mekanisme kristalisasi dan transportasi hidro dinamik. Terdapat 2 mekanisme
kristalisasi yang sampai saat ini bisa dideteksi dari fenomena scaling yaitu, kristalisasi
permukaan (heterogen) dan kristalisasi bulk (homogen).
2.2
Aliran
laminer
aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi
lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sama
lain. Alirannya relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak
sejajar (laminer) & mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida.
Aliran laminar adalah aliran fluida tanpa arus turbulent ( pusaran air ).
Partikel fluida mengalir atau bergerak dengan bentuk garis lurus dan sejajar.
Laminar adalah ciri dari arus yang berkecepatan rendah, dan partikel sedimen
dalam zona aliran berpindah dengan menggelinding (rolling) ataupun terangkat
(saltation). Pada laju aliran rendah, aliran laminer tergambar sebagai filamen
panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran laminer mempunyai Bilangan
Reynold lebih kecil dari 2300.”( anggerdumas.wordpress.com
)
2.3
Pengaruh Temperatur Terhadap
Pembentukan kerak
Temperatur
larutan dimana
pergerakan terjadi mempunyai pengaruh terhadap jumlah kerak yang di
hasilkan.kali ini berarti bahwa kenaikan temperatur mengakibatkan peningkatan
kecepatan pertumbuhan inti kerak. Dalam kondisi temperatur yang tinggi maka
jumlah kerak yang dihasilkan oleh sistem akan semakin banyak.
Penelitian
yang dilakukan grases dan kawan - kawan. Dengan menoingkatnya temperatur maka
kalsium sulfat yang terlarut semakin sedikit. Sehingga tingkat pengendapan pada
suhu 65⁰ C lebih tinggi
dari pada suhu 30⁰C, karena salah
satu peningkatan kinetik dari kristalisasi dan berkurangnya larutan kalsium sulfat pada suhu yang lebih
tinggi (grases dkk,2007).
Hubungan
antara temperatur dengan kerak yang terbentuk telah dikaji oleh (Hoang, dkk
2006) dimana didapatkan data bahwa pada temperatur 20 hingga 30 ⁰C
pertumbuhan kerak masih relatif kecil, namun pada temperatur 30 - 40⁰C
terjadi peningkatan jumlah kerak yang cukup tajam. Ini bererti dalam kondisi
laju alir sebesar 30 ml/menit, konsentrasi Ca2 + sebesar 0,075 M dalam waktu 3
jam didapatkan laju pertumbuihan kerak semakinm meningkat tajam bila temperatur
naik.
Fluida
yang mengalir dalam pipa mempunyai uraian gaya aksial dan radial yang akan
menjadikan proses pergerakan initi kerak yang terbentuk. Gaya radial akan
menyerupai gaya gerak yang mengenai dinding pipa secara tegak lurus dan menyebabkan
sebagian initi kerak yang telah menempel pada dinding pipa melepas. Inti kerak
akan di dorong oleh gaya aksial fluida sehingga terbawa oleh aliran dan
kemudiamn menempel pada bagian dinding lain.
Pengaruh
lain dari laju alir adalah pada jumlah impuritas yang diangkut selama fluida
mengalir. Bila laju alir semakin besar maka impuritas yang diangkut akan
semakin besar pula sehingga mempunyai
relefansi terhadap kemungkinan peningkatan jumlah kerak.
2.4
Waktu
Induksi
Waktu
induksi adalah waktu yang dibutuhkan oleh ion dalam larutan untuk bereaksi
sehingga membentuk inti kristal yang pertama kali (Isopescu dkk, 2009). Apabila
semakin kecil nilai waktu induksi berarti semakin cepat inti kristal terbentuk,
sebaliknya bila semakin besar nilai waktu induksi berarti semakin lama inti
kristal terbentuk. Inti krisatal selanjutnya menjadi pusat-pusat pertumbuhan
kerak sehingga semakin banyak inti yang terjadi maka akan semakin banyak jumlah
kerak yang terbentuk. Pada konsentrasi Ca tinggi nilai waktu induksi kecil
artinya inti kerak cepat terjadi dan sebaliknya.
Untuk
mendapatkan waktu induksi digunakan pendekatan tertentu agar mudah untuk
diamati. Pada umumnya waktu induksi diamati dengan melihat nilai konduktivitas
larutan dimana bila terjadi penurunan nilai konduktivitas maka hal ini
memberikan isyarat bahwa ion-ion mulai bereaksi membentuk inti kristal. Dalam
langkah ini konduktivitas larutan harus dicatat setiap saat. Dari grafik itulah
maka bisa didapatkan waktu induksi yaitu ditandai dengan perubahan garis yang
mencolok.
2.5
Tembaga
2.5.1.
Tembaga
Tembaga adalah suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari
bahasa Latin Cuprum.Tembaga merupakan konduktor
panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni
sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan
2.5.2
Sifat fisik Tembaga
Sifat Fisik dari
tembaga adallah sebagai berikut :
1.
No atom :
29
2. Berat atom :
63,546
3. Titik lebur :
1.083⁰C.
4. Titik didih :
2.567⁰C.
5.
Kekuatan
tarik : Mendekati 19.000 psi
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Metodologi
3.1.1
Tempat
dan pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Oktober – Januari 2015 dengan
waktu efektif kurang lebih 3 bulan. Penelitian ini dilakukan di laboratorium
Teknik Laboratorium Termofluid jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadyah
Semarang
Sedangkan pembuatan desain prototype closed
circuit scale simulator dilaksanakan di Laboratorium Robotik dan
Otomatisasi teknik mesin Universitas Muhammadyah Semarang
Gambar
: 3.1 Lab. TERMOFLUID
Tempat Pelaksanaan Penelitian di
Lab.TERMOFLUID Universitas Muhammadyah Semarang ( Sumber : Dokumentasi Sendiri
)
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
a. Desain
prototype model Closed Circuit Scale Simulator
b. Pompa
jenis peristatik
c. Heater
d. Cooler
e. Flow
meter
f. Pipa
tembaga
g. Termokople
tipe k
h. Temperatur
control
i.
Converter
j.
Layar monitor / grapic
panel
3.2.2
Bahan penelitian
a. H2O
(aquades)
b. Larutan
0,01 M CaCl2 dan larutan 0,01 M CaSO4
c. Alat
– alat gelas standar
d. Timbagan
( gr )
e. Pipa
tembaga
f. conduktivitymeter
3.3
Pembutan Larutan CaCl2,Ca2S04
Penelitian
yang dilakukan untuk mengkaji pembentukan kerak pada pipa beraliran laminer
dengan tahapan –tahapan sebagai berikud : Pembutan larutan CaCl2,Ca2So4
.Untuk membuat larutan CaCl2 dan Ca2SO4 dilakukan
perhitungan konsentrasi larutan dengan laju alir 50 ml/menit.Untuk penelitian ini mengunakan larutan dengan
konsentrasi 3500
ppm
3.3.1
Persiapan
kupon
Kupon merupakan
komponen yang dipasang pada sistem aliran yang diharapkan disitulah akan
terjadi pengendapan kerak kalsium sulfat. Jumlah kupon ada empat dipasang dari
bawah
ke atas masuk ke rumah kupon. Kupon terbuat dari
tembaga yang memiliki panjang 30 mm dengan diameter luar 18 mm dan diameter dalam 12,5 mm.
Gambar
: 3.5 Kupon
(Sumber: www.google.co.id)
Sebelum
dipasang pada rumahnya terlebih dahulu kupon dipoles hingga permukaan bagian dalam menjadi halus. Selanjutnya dicelupkan ke dalam
cairan HCl selama 3 menit kemudian dibilas dengan air bersih dan terakhir dibilas dengan
aquades. Setelah dikeringkan maka kupon siap dipasang pada rumah kupon.
3.4
Diagram
Alir Penelitian
Pengujian XRD sesuai dengan katalog
|
Pengujian Microanalyser (EDX )
komposisi
|
Pengujian SEM Morfologi kristal
|
Larutan CaSO4
|
Larutan CaCl2
|
OUTPUT
|
Alat
Penelitian
|
DATA HASIL
|
Analisa data Hasil
|
Kesimpulan
|
Selesai
|
STUDY
PUSTAKA
|
Larutan CaSO4
Co3
|
Suhu 30o – 40o C
|
Gambar
: 3.2 Diagram
alir metodologi penelitian
( Sumber : Digambar
Sendiri )
3.5
Desain
prototype Closed
Circuit Scale Simulator
Desain prototype model Closed
Circuit Scale Simulator yang digunakan dirancang untuk dapat beroprasi,
mendukung memenuhi kebutuhan pelaksanaan penelitian secara akurat pengambilan
data. Alat uji ini dirangkai pada suatu rangka yang terbuat dari bahan plat besi.
Gambar
: 3.3 Desain
prototype model Closed Circuit Scale Simulator
( Sumber : Pembuatan Sendiri )
3.6
Skema alat prototype model Closed Circuit Scale Simulator
Monitor
|
Tabung
|
Pompa
|
Pemanas
air
|
Bypass
|
|
keran
|
Gambar
: 3.4 Skema Closed Circuit Scale Simulator
(
Sumber : Digambar Sendiri )
3.7
Tahapan penelitian
Langakah penelitian pada prinsipnya
penelitian ini dilakukan dalam lima tahapan utama yaitu: Rancang desain
prototype,pembuatan protototype model Closed Circuit Scale Simulator (
skala laboratorium ), klaribasi peralatan, Uji laboratorium dan analisa data
3.7.1
Pelaksanan
Percobaan
a. Pengujian
ini dilakukan dilakukan dengan menghitung devinisi aliran, dengan demikian alat
yang di buat mempunyai laju alir stabil. Kecepatan aliran meningalkan kupon
tepat sesuai desain yaitu 50ml/menit
b. conduktivitymeter
di gunakan untuk mengukur konduktivitas larutan. Keakuratan instrumentasi ini
bisa diuji dengan melakukan pengukuran terhadap konduktifitas aquades. Bila conduktivitymeter menunjukan angka nol
pada waktu mengukur konduktifitas aquades maka instrumen ini akurat sebab
aqudes tidak memilikin ion-ion.
3.7.2
Pengambilan
Data
Pengambilan data
dilakukan deengan kecepatan aliran meningalkan kupon 50 ml/menit. Percobaan
untuk pembentukan kerak CaCl2 dan CaSO4 dengan mengunakan
konsentrasi larutan 3500
ppm. Untuk jam pertama pencatat waktu pada saat yang sama juga di aktifkan
dimana setiap dua menit sekali perlu dilakukan pengukuran terhadap
konduktivitas larutan. Untuk mengukur konduktivitas larutan larutan yang keluar
dari kupon ditampung pada gelas ukur dan sesegera mungkin elektroda conduktivitymeter dimasukan. Conduktivitymeter akan mengukur nilai
konduktivitas larutan angka yang terakhir inilah yang di catat dan seterusnya
dilakukan berulang- ulang sampai satu jam kemudian untuk jam ke kedua dilakukan
setiap empat menit sekali untuk pengukuran konduktivitas larutan kemudian untuk jam ke tiga dilakukan setiap enam
menit sekali untuk pengukuaran konduktivitas larutan dan untuk jam ke empat
dilakukan setiap delapan menit sekali pengukuran konduktivitas larutan. Setelah
empat jam pompa, pmpa dihentiakan dan saluran menuju kupon di lepas. Satu jam
kemudian kupon di ambil dari rumah kupon dan di keringkan. Penimbangan masa
kerak di lakukan pada waktu kerak masih menempel pada kupon. Selanjutnya selisih masa kupon
dengan kerak dikurangi massa kupon sebelum kerak adalah massa kerak itu
sendiri.
3.7.3
Pengujian
SEM dan XRD
Pengujian SEM dan
pengujian microanalyser bisa
dilakukan pada suatu instrumen yaitu dengan mengunakan perangakat SEM-EDX.
Pengujian SEM dilakukan untuk mengkaji morfologi kristal sedangkan pengujian microanalyser bertujuan untuk mengetahui
komposisi kristal dan pengujian XRD untuk membuktikan bahwa kerak dari hasil
penelitian itu betul –betul kerak calsium carbonat ( CaCl2 dan CaSO4 )