Apa Arti dan Skala Waktu Dalam Geologi ???
Arti dan Skala Waktu Dalam Geologi
Skala Waktu Dalam Geologi
Sebagai
landasan prinsip untuk dapat mempelajari ilmu geologi adalah bahwasanya kita
harus menganggap bumi ini sebagai suatu benda yang secara dinamis berubah
sepanjang masa, setiap saat dan setiap detik. Dalam gambaran seperti itu maka
salah satu segi yang khas dalam geologi dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya
adalah yang menyangkut masalah “waktu”. Salah satu pertanyaan yang timbul yang
berhubungan dengan masalah waktu itu, adalah: Apakah kejadian-kejadian seperti
proses-proses alam yang dapat kita amati sekarang ini, seperti mengalirnya air
di permukaan, gelombang yang memecah di pantai, sungai yang mengalir sambil
mengikis dan mengendapkan bebannya dll, juga berlangsung dimasa-masa lampau
selama bumi ini berkembang? Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh James
Hutton, seorang ilmuwan alam, yang oleh banyak ilmuwan-ilmuwan dianggap sebagai
bapak dari ilmu geologi modern, yang pada tahun 1785 untuk pertama kalinya
mengeluarkan suatu pernyataan yang sekarang ini dikenal sebagai “doctrine of
unifornitarianism”.
Pencetus
geologi modern ini yang kemudian dikenal sebagai “Huttonian revolution”,
mengemukakan pemikiran-pemikirannya sebagai berikut: 1). Bahwasanya
proses-proses alam yang sekarang ini menyebabkan perubahan pada permukaan bumi,
juga telah bekerja sepanjang umur dari bumi ini. Dengan perkataan lain, apa
yang kita lihat, kita amati yang terjadi di bumi sekarang ini, juga berlangsung
dimasa lampau; 2). Ia juga mengamati bahwa proses tersebut yang walaupun
bekerja sangat lambat, tetapi pada akhirnya mampu menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan yang sangat besar pada bumi. Ini berarti bahwa untuk itu
diperlukan waktu yang sangat lama; yang kemudian disimpulkan bahwa umur bumi
ini sangat tua; 3). Bahwa bumi ini sangat dinamis, yang berarti mengalami
perubahan-perubahan yang terus-menerus mengikuti suatu pola daur (siklus) yang
berulang-ulang. Hutton, yang berkebangsaan Skotlandia ini hidup antara tahun
1726 dan 1797. Pada jaman itu tentu saja tidak semua ilmuwan dapat menerima
pemikirannya yang begitu maju pada saat itu. Diantaranya adalah sekelompok
ilmuwan yang meyakini adanya kejadian-kejadian yang bersifat malapetaka,
seperti cerita Nabi Nuh, yang menyebutkan terjadinya peristiwa penenggelaman
daratan yang tiba-tiba. Kelompok ini dikenal sebagai penganut katastropisma,
yaitu yang mempercayai adanya peristiwa-peristiwa yang tiba-tiba yang berupa
malapetaka yang menghancurkan. Artinya kejadian-kejadian di bumi ini tidak
berlangsung secara perlahan dan menerus, tetapi berubah secara tiba-tiba
melalui penghancuran yang berlangsung sangat cepat.
Pola
pemikiran ini didasarkan kepada kejadian-kejadian seperti meletusnya gunungapi
yang merupakan malapetaka yang berlangsung dalam sekejap dan tiba-tiba;
kemudian gempa bumi, tanah longsor dsb. Dalam gambaran pikiran mereka,
bentuk-bentuk bentang alam seperti gunung-gunung yang menjulang tinggi,
dianggapnya sebagai hasil dari suatu peristiwa yang bersifat mendadak dan
berlangsung relatif cepat. Hutton menganggap bahwa kejadian-kejadian itu hanya
sebagai bagian kecil saja dari proses uniformitarianism. Penerapan yang nyata
dari doktrin ini umpamanya adalah: sisa-sisa atau jejak-jejak binatang seperti
koral, cangkang kerang dan lainnya yang kita jumpai sekarang didalam batuan
dipegunungan-pegunungan yang tinggi (atau didaratan), dapat ditafsirkan sebagai
bukti bahwasanya daerah tersebut pernah mengalami suatu genang laut, atau
merupakan dasar lautan, mengingat binatang-binatang yang terdapat dalam batuan
itu serupa dengan yang kini dijumpai sebagai penghuni lautan. Jadi disinilah
arti dari “the present is the key to the past”. Gelombang yang memecah dipantai
serta air yang mengalir di sungai di permukaan bumi, kemudian mengendapkan
bahan-bahannya di muara seperti bongkah, kerikil, pasir dan lempung, kemudian
lava leleh-pijar yang keluar dan mengalir dari kepundan gunungapi dan kemudian
mendingin serta membeku membentuk batuan, merupakan jejak-jejak dan bukti-bukti
untuk mengungkapkan bagaimana proses-proses itu bekerja. Rekaman-rekaman kejadian
seperti itu kadang-kadang dapat dilihat dengan begitu jelas sehingga kita akan
mampu membaca dan kemudian menafsirkannya bagaimana proses itu berlangsung
meskipun kejadiannya telah berlalu beberapa juta tahun yang silam.
Dengan
melihat kepada sifat-sifat yang terdapat didalam batuan itu, bahkan kita akan
mampu membedakan mana batupasir yang diendapkan oleh air dan mana yang
diendapkan oleh angin; mana endapan gletser dan mana endapan sungai atau laut,
karena kita dapat membandingkannya dengan kejadian-kejadian yang sama yang
sekarang sedang berjalan. Apakah semua peristiwa yang pernah berlangsung dibumi
ini dapat secara sukses dijelaskan dengan doktrin tersebut? Jawabannya adalah
tidak, karena beberapa kejadian, seperti pembentukan bumi ini sendiri, pembentukan
atmosfir dan bagian paling luar dari bumi, litosfir, ternyata hanya berlangsung
satu kali saja dalam sejarah. Prinsip uniformitarianisma, mungkin hanya berlaku
terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung 2/3 dari sejarah perkembangan bumi
yang terakhir. Masalah lainnya yang dihadapi dalam menerapkan prinsip-prinsip
tersebut untuk menafsirkan kejadian-kejadian dimasa lampau, adalah banyaknya
bukti-bukti yang tidak lengkap yang telah terhapus oleh pengikisan-pengikisan,
atau tertutup oleh endapan-endapan yang terjadi kemudian. Meskipun demikian,
dengan tetap berpegang pada prinsip tersebut diatas, para ilmuwan kebumian
masih tetap mampu untuk menafsirkan proses-proses yang pernah berlangsung serta
mampu menemukan minyak bumi yang proses pembentukannya telah berlangsung
beberapa juta tahun yang silam, bahkan meramalkan gejala-gejala alam yang
mungkin terjadi, sehingga dengan demikian dapat dicegah terjadinya
kerusakan-kerusakan yang lebih hebat sebagai akibat dari gerak-tanah, gempa
bumi, letusan gunung-berapi dan sebagainya. Kesemuanya ini menyebabkan ilmu
geologi semakin menarik untuk dipelajari dan dalam beberapa kasus bahkan
menjadikannya sebagai sesuatu keharusan untuk diketahui.
Skala Waktu Geologi
Pada
dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang terdapat diatas
permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang berada diatas
bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena itu untuk
mempelajari bumi maka dimensi “waktu” menjadi sangat penting, dengan demikian
mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang sangat penting pula. Ketika kita
berbicara tentang catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran waktunya
dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan puluhan abad, akan tetapi apabila kita
berbicara tentang sejarah bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam jutaan tahun
atau milyaran tahun. Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Catatan waktu biasanya disimpan dalam suatu
penanggalan (kalender) yang pengukurannya didasarkan atas peredaran bumi di
alam semesta. Sekali bumi berputar pada sumbunya (satu kali rotasi) dikenal
dengan satu hari, dan setiap sekali bumi mengelilingi Matahari dikenal dengan
satu tahun.Sama halnya dengan perhitungan waktu dalam kehidupan manusia, maka
dalam mempelajari sejarah bumi juga dipakai suatu jenis penanggalan, yang
dikenal dengan nama “Skala Waktu Geologi”.
Skala
Waktu Geologi berbeda dengan penanggalan yang kita kenal sehari-hari. Skala
waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah buku yang tersusun dari
halaman-halaman, dimana setiap halaman dari buku tersebut diwakili oleh batuan.
Beberapa halaman dari buku tersebut kadang kala hilang dan halaman buku
tersebut tidak diberi nomor, namun demikian kita masih dapat membaca buku
tersebut karena ilmu geologi menyediakan alat kepada kita untuk membantu
membaca buku tersebut. Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan
menentukan umur Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu
yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi
kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu Absolut
(Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan
pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.
Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri (absolut)
berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang diterapkan
untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam bidang geologi.
Skala Waktu Relatif
Sudah
sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur bebatuan berdasarkan
angka seperti saat ini, mereka mengembangkan skala waktu geologi secara relatif.
Skala waktu relatif dikembangkan pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18
hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan
menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi kedalam
Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan
tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan
dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang
dan kata “Paleo” yang berarti purba,
maka arti kata Paleozoikum adalah
merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga
urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan
Kenozoikum. Sebagaimana diketahui
bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti
tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track),
lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi.
Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai
Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk-bentuk kehidupan purba.
Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu
geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata
zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan
binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum kemungkinan
mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae.
Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil
fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.
Pada tabel 1-1 diperlihatkan kemunculan dan kepunahan dari berbagai jenis
binatang dan tumbuhan sepanjang 650 juta tahun yang lalu dalam skala waktu
geologi.
Tabel Peristiwa
kemunculan dan kepunahan berbagai jenis organisme
(fauna dan flora) pada Skala Waktu Geologi sepanjang 650 juta tahun lalu hingga
saat ini .
Skala Waktu Absolut (Radiometrik)
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa skala
waktu relatif didasarkan atas kehidupan masa lalu (fosil). Bagaimana kita dapat
menempatkan waktu absolut (radiometrik) kedalam skala waktu relatif dan
bagaimana pula para ahli geologi dapat mengetahui bahwa:
“Bumi itu telah berumur sekitar 4,6 milyar tahun Fosil yang tertua yang
diketahui berasal dari batuan yang diendapkan kurang lebih 3,5 milyar tahun
lalu. Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah diketahui bahwa
pertama kali muncul pada batuan-batuan yang berumur 570 juta tahun yang
lalu.Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000 tahun yang lalu.”
Para ahli
geologi abad ke19 dan para paleontolog percaya bahwa umur Bumi cukup tua, dan
mereka menentukannya dengan cara penafsiran. Penentuan umur batuan dalam
ribuan, jutaan atau milyaran tahun dapat dimungkinkan setelah diketemukan unsur
radioaktif. Saat ini kita dapat menggunakan mineral yang secara alamiah
mengandung unsur radioaktif dan dapat dipakai untuk menghitung umur secara
absolut dalam ukuran tahun dari suatu batuan.
Tabel
Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari
setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang
terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron.
Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron
pada inti atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium
memiliki 19 proton dan 21 neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom
potassium lainnya memiliki 19 proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium
41). Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan
berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya
melalui pertukaran di dalam inti atomnya.
Perubahan
dari “Parent” ke “Daughter” terjadi pada kecepatan yang konstan dan dikenal
dengan “Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif
adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop radiokatif berubah
menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan menjadi atom
Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half life) tertentu
dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan ketelitian yang
sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari sejumlah atom-atom
parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat dipakai untuk menentukan
umur suatu batuan.
Tabel
Skala Waktu Geologi Relatif dan Umur Radiometrik
Untuk
menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan parent/daughter yang biasa
dipakai dalam menentukan umur batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon
(K/Ar), Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb). Penentuan umur
dengan menggunakan isotop radioaktif adalah pengukuran yang memiliki kesalahan
yang relatif kecil, namun demikian kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut
dalam umur geologi memiliki tingkat kisaran kesalahan beberapa tahun hingga
jutaan tahun. Jika pengukuran mempunyai tingkat kesalahan 1 persen, sebagai
contoh, penentuan umur untuk umur 100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat
kesalahan lebih kurang 1 juta tahun. Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu
pembentukan suatu mineral tertentu yang terdapat dalam batuan. Untuk dapat
menetapkan umur absolut terhadap skala waktu geologi, suatu batuan yang dapat
di-dating secara isotopik dan juga dapat ditetapkan umur relatifnya karena
kandungan fosilnya. Banyak contoh, terutama dari berbagai tempat harus
dipelajari terlebih dahulu sebelum ditentukan umur absolutnya terhadap skala
waktu geologi.
Tabel
dibawah adalah Skala Waktu Geologi yang merupakan hasil spesifikasi dari “International
Commission on Stratigraphy” pada
tahun 2009. Adapun warna yang
tertera dalam tabel Skala Waktu
Geologi merupakan hasil spesifikasi dari “Committee for the Geologic Map of the World” tahun 2009.
Tabel Skala
Waktu Geologi Menurut International
Commission on Stratigraphy (2009)
Tabel Skala
Waktu Geologi Masa Kenozoikum Menurut U.S. Geological Survey Geologic Time
Scale (2007)
Tabel Skala Waktu Geologi Kala
Kenozoikum Menurut International Geologic Time Scale (2009)
Pada
tabel 1-7 dibawah diperlihatkan isotop isotop Parent dan Daughter, Waktu Paruh,
Efektif Pelarikan Umur dan Mineral Mineral yang dapat dippakai untuk pelarikan
umur.
Tabel Unsur
unsur utama radioaktif yang dipakai untuk pelarikan umur
Rumus
matematis untuk penentuan umur geologi dengan menggunakan unsur radioaktif
adalah sebagai berikut:
t = 1/λ ln (
1 + D/p)
dimana : t = umur
batuan atau contoh mineral
= jumlah atom daughter hasil peluruhan saat ini
P = jumlah
atom parent dari parent isotop saat ini
λ = konstanta peluruhan
(Konstanta peluruhan untuk setiap
parent isotop adalah berelasi dengan waktu paruhnya, t ½ dengan persamaan
sebagai berikut t ½ = ln2/λ.)
Penanggalan batuan dengan
menggunakan waktu radioaktif secara teori sederhana, akan tetapi prosedur di
laboratorium sangat rumit. Jumlah isotop parent dan daughter pada setiap sampel
di analisa dengan berbagai metoda. Kesulitan yang utama terletak pada pengukuran/perhitungan
yang akurat untuk jumlah isotop yang yang sedikit/kecil. Metoda Kalium/Argon
(K/Ar) dapat dipakai untuk batuan-batuan yang berumur relatif muda, yaitu
beberapa ribu tahun. Kalium didapat pada banyak mineral-mineral pembentuk
batuan, waktu paruh dari isotop radioaktif Kalium-40 adalah seperti yang dapat
diukur banyaknya atom Argon (daughter) yang terakumulasi dalam mineral yang
mengandung Kalium dari semua umur yang terdekat, serta jumlah isotop Kalium dan
Argon dapat diukur dengan akurat, walaupun dalam jummlah yang sangat kecil.
Apabila dimungkinkan, 2 atau lebih metoda analisis digunakan untuk sampel yang
sama untuk mengecek hasil penentuan umur batuannya. Jam atom yang penting
lainnya yang dipakai untuk keperluan penanggalan adalah atas dasar peluruhan
radioaktif dari isotop Carbon-14, dengan waktu paruhnya 5730 tahun.
Skala waktu geologi merupakan hasil
dari penelitian yang berlangsung cukup lama dan merupakan hasil penentuan umur
dengan berbagai macam teknik dating. Ketersedian alat yang memadai akan
memberikan informasi yang lebih rinci dan lebih detil lagi. Banyak para ahli
telah berkontribusi terhadap kerincian dari skala waktu geologi yang ada ketika
mereka mempelajari fosil dan batuan, serta sifat-sifat kimia dan fisika
material yang menyusun bumi. Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan
ilmuwan lain untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi
sepanjang sejarah Bumi.
Umur
Bumi
Hingga saat ini para akhli ilmu
kebumian belum mendapatkan cara yang tepat untuk menentukan umur Bumi secara
pasti hanya dengan batuan yang ada di Bumi mengingat batuan tertua yang ada di
Bumi telah terdaur ulang dan hancur oleh proses tektonik lempeng serta belum
pernah ditemukan batuan-batuan yang terjadi saat pembentukan planet Bumi.
Meskipun demikian para akhli sudah mampu menentukan kemungkinan umur dari
Sistem Tata Surya dan menghitung umur Bumi dengan mengasumsikan bahwa Bumi dan
benda-benda padat yang ada di dalam Sistem Tata Surya terbentuk pada saat yang
bersamaan dan sudah pasti memiliki umur yang sama pula. Umur dari batuan-batuan
yang ada di Bumi dan di Bulan serta Meteorit dapat dihitung dengan pemanfaatkan
unsur-unsur isotop radioaktif yang terjadi secara alamiah di dalam batuan dan
mineral, terutama yang mempunyai kisaran waktu paruh diatas 700 juta tahun atau
lebih dari 100 milyar tahun untuk menjadi unsur-unsur isotop yang stabil.
Teknik pelarikan ini dikenal dengan “penanggalan radioaktif’ yang dipakai untuk
menghitung umur batuan saat batuan tersebut terbentuk.
Batuan tertua yang berumur 3.5
milyar tahun dijumpai tersebar hampir disemua benua yang ada di Bumi. Batuan
tertua tersebut antara lain dijumpai di Acasta Gneisses di bagian Baratlaut
Canada dekat Great Slave Lake berumur 4.03 milyar tahun dan di Greenland bagian
barat pada batuan Isua Supracrustal, berumur 3.4-3.5 milyar tahun. Hasil kajian
dari penentuan umur batuan yang mendekati batuan tertua juga dijumpai di
Minnesota River Valley dan Michigan bagian utara, berumur 3.5-3.7 milyar tahun,
di Swaziland, berumur 3.4-3.5 milyar tahun dan di Australia Barat berumur
3.4-3.6 milyar tahun. Batuan batuan tersebut diatas telah diuji beberapa kali
melalui metoda penanggalan radiometrik dan ternyata hasilnya tetap/konsisten.
Hal ini memberi kepercayaan kepada para ahli bahwa penentuan umur yang
dilakukan diyakini kebenarannya. Hal yang sangat menarik dari penentuan umur
pada batuan batuan tertua diatas adalah bahwa batuan-batuan tersebut tidak berasal
dari batuan kerak bumi akan tetapi berasal dari aliran lava dan batuan sedimen
yang diendapkan di lingkungan air dangkal, dan dari genesa batuan-batuan
tersebut mengindikasikan bahwa sejarah bumi sudah berjalan sebelum batuan
tersebut terbentuk atau diendapkan.
Di Australia Barat, berdasarkan
penanggalan radioaktif terhadap satu kristal zircon yang dijumpai dalam batuan
sedimen yang umurnya lebih muda telah menghasilkan umur 4.3 milyar tahun yang
menjadikan kristal ini sebagai material yang paling tua yang pernah ditemukan
dimuka bumi. Batuan induk dari kristal zircon ini hingga saat ini belum
ditemukan. Berdasarkan hasil penentuan umur dari batuan-batuan tertua dan
kristal tertua menunjukkan bahwa Bumi paling tidak berumur 4.3 milyar tahun,
namun demikian penentuan umur terhadap batuan-batuan yang ada di Bumi belum
dapat untuk memastikan umur dari Bumi. Penentuan umur Bumi yang paling baik
adalah yang didasarkan atas ratio unsur Pb dalam Troilite pada batuan Iron
Meteorit yang diambil dari Canyon Diablo Meteorite menunjukkan umur 4.54 milyar
tahun. Sebagai tambahan, baru-baru ini telah dilaporkan bahwa hasil penanggalan
radioaktif U-Pb terhadap butiran-butiran mineral zircon yang berasal dari
batuan sedimen yang ada di Australia Barat bagian tengah diperoleh umur 4.4
milyar tahun.
Hasil penanggalan radiometrik
batuan-batuan yang berasal dari bulan diperoleh umur 4.4 dan 4.5 milyar tahun
dan umur ini merupakan umur minimal dari pembentukan planet yang terdekat
dengan Bumi. Ribuan fragmen meteorit yang jatuh ke Bumi juga telah dikumpulkan
dan menjadi batuan yang terbaik untuk penentuan umur dari pembentukan Sistem
Tata Surya. Lebih dari 70 meteorit dari berbagai jenis telah ditentukan umurnya
berdasarkan penanggalan radiometrik dan hasilnya menunjukkan bahwa meteorit dan
sistem tatasurya terbentuk 4.53 dan 4.58 milyar tahun yang lalu. Penentuan umur
bumi tidak saja datang dari penanggalan batuan saja akan tetapi juga
mempertimbangkan bahwa bumi dan meteorit sebagai bagian dari satu sistem yang
sama dimana
komposisi isotop timah hitam (Pb),
terutama Pb207 ke Pb206 berubah sepanjang waktu sebagai
hasil dari peluruhan Uranium-235 (U235) dan Uranium-238 (U238).
Para akhli kebumian sudah memakai
pendekatan ini dalam menentukan waktu yang dibutuhkan oleh isotop isotop
didalam bijih timah hitam (Pb) tertua yang ada di Bumi, yang mana isotop isotop
tersebut jumlahnya hanya sedikit, untuk berubah dari komposisi asalnya, sebagai
hasil mengukuran dari uranium fase bebas pada besi meteorit (iron meteorites),
terhadap komposisinya pada saat bijih timah hitam tersebut terpisah dari
selaput sumbernya. Hasil perhitungan ini dalam umur Bumi dan Meteorit serta
Sistem Tata Surya adalah 4.54 milyar tahun dengan tingkat kesalahan kurang dari
1 persen. Untuk ketelitian, umur ini mewakili saat saat terakhir dimana isotop
Timah Hitam adalah homogen selama Sistem Tata Surya bagian dalam dan saat
dimana Timah Hitam dan Uranium menyatu menjadi padat dari Sistem Tata Surya.
Umur 4.54 milyar tahun yang diperoleh dari Sistem Tata Surya dan Bumi adalah
konsisten terhadap hasil perhitungan yang dilakukan sekarang untuk 11 sampai 13
milyar tahun umur Milky Way Galaxy (berdasarkan tahapan evolusi dari bintang
berkabut global / globular cluster stars) dan umur 10 sampai 15 milyar tahun
untuk umur Universal (berdasarkan atas penurunan dari jarak galaxy).
Sumber : Djauhari Noor, 2012, Pengantar Geologi.
Silahkan download filenya dibawah ini sebagai acuan, bahan bacaan dan lainnya
Jika teman-teman masih bingung cara download silahkan klik link di bawah ini (CATATAN : LANGSUNG KE LANGKAH NO.7):